www.Hypersmash.com

Minggu, 04 Januari 2009

Fonologi

LINGUISTIK
LINGUISTIK SEBAGAI ILMU
Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya, Martinet (1987:19)
2.1 KEILMIAHAN LINGUISTIK
Untuk mencapai keilmiahan, setiap disiplin ilmu harus mengalami beberapa tahap perkembangan terlebih dahulu dan pada dasarnya tiap ilmu telah melaluinya termasuk ilmu linguistik. tahapannya yaitu:
- tahap spekulasi yaitu tahap pembicaraan mengenai sesuatu & pengambilan kesimpulan spekulatif (tanpa didukung oleh bukti empiris & dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu)
- tahap observasi & klasifikasi yaitu tahap mengumpulkan & menggolong-golongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori/kesimpulan apapun.
- tahap adanya perumusan teori yaitu tahap pemahaman masalah-masalah dasar dan pengajuan pertanyaan mengenai masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan kemudian dirumuskan hipotesis & pengujian hipotesis itu.
Kesimpulan yang dibuat berdasar data empiris (data yang nyata ada, yang didapat dari alam yang wujudnya dapat diobservasi) yang pada kegiataan ilmiah akan berlaku selama belum ditemukannya data baru yang dapat mematahkan teori tersebut.
Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksanakan penelitianya dan tidak dicampuri pengetahuan/keyakinan si peneliti.
Kegiatan empiris bekerja secara induktif dan deduktif dengan beruntun. kegiatan dimulai dengan mengumpulkan data empiris lalu dianalisa & diklasifikasikan dan ditarik kesimpulan umum (induktif) lalu diuji lagi dengan data empiris yang diperluas, bila kesimpulan tetap berlaku maka kedudukannya semakin kuat.
Dalam ilmu logika, ada penalaran secara induktif dan deduktif. Secara induktif, dari data khusus (premis minor) ditarik kesimpulan umum (premis mayor) sedangkan deduktif adalah kebalikannya.
Ilmu linguistik sering disebut ilmu nonemik karena sebagai ilmu empiris linguistik berusaha mencari keteraturan atau kaidah-kaidah yang hakiki dari bahasa yang ditelitinya. Serta linguistik tidak pernah berhenti pada satu kesimpulan melainkan akan terus menyempurnakannya.
Linguistik mendekati bahasa, sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa yaitu:
1. bunyi ujaran artinya bahasa lisan adalah bahasa primer sedangkan tulis hanya bahasa sekunder.
2. bersifat unik artinya tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain karena tiap bahasa memiliki ciri khas masing-masing.
3. suatu sistem artinya mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan yang lainnya mempunyai jaringan hubungan (pendekatan struktural)
4. berubah dari waktu ke waktu artinya linguistik mempelajari bahasa secara sinkronik ( dari berbagai aspeknya pada masa waktu atau kurun waktu yang tertentu/terbatas) dan secara diakronik (dengan pelbagai aspeknya dan perkembangannya dari waktu, sepanjang kehidupan bahasa itu sering disebut sebagai historis komparatif)
5. bersifat empiris artinya mendekati bahasa secara deskritif dan tidak preskiptif yaitu yang penting adalah apa yang sebenarnya diungkapkan seseorang (sebagai data empiris) dan bukan yang menurut ungkapan peneliti.
2.2.SUBDISIPLIN LINGUISTIK
Bahasa sebagi objek kajian linguistik adalah fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan bermasyarakat yang sangat luas sehingga cabangnya/subdisiplinnya pun menjadi sangat banyak.
Penamaan subdisiplin berdasarkan kriteria/ dasar tertentu yaitu:
2.2.1 berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya (lingistik umum) atau bahasa tertentu (linguistik khusus)
2.2.2. berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu (linguistik sinkronik/deskritif) atau bahasa pada sepanjang masa (linguistik diakronik/historis komparatif)
2.2.3 berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa (linguistik mikro) atau bahasa itu dalam hubungan dengan faktor di luar bahasa (linguistik makro)
Subdisplin linguistik mikro yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik & leksikologi sedangkan subdisiplin linguistik makro yaitu sosiolinguistik, psikolinguistik, antriopolinguistik, etnolinguistik, stilistka, filologi, dialektologi, filsafat bahasa dan neurolinguistik.
2.2.4 berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori (linguistik teroritis) atau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (linguistik terapan)
2.2.5 berdasarkan aliran/ teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif, semantik, linguistik relasional dan linguistik sistemik.
2.3. ANALISIS LINGUISTIK
Dilakukan terhadap bahasa atau lebih tepat terhadap semua tataran tingkat bahasa yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis dan semantik.
2.3.1 Struktur, Sistem dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinand de Saussure membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan bahasa yaitu relasi sintagmatik dan relasui asosiatif.
Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa didalam kalimat yang konkret tertentu sedang relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat.
Menurut Verhaar (1978) membagi menjadi struktur & sistem.
Struktur adalah susunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linier sedangkan sistem adalah bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat lainnya.
Menurut Leonard Bloomfield (1933) sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi. Distribusi adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.
2.3.2 Analisis Bawahan Langsung
Sering disebut unsur bawahan langsung atau analisis bawahan terdekat (Immediate Constituent Analysis) adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun satuan bahasa, entah satuan kata, frase, klausa atau kalimat.
Setiap satuan bahasa secara apriori diasumsikan terdiri dari dua buah konstituen yang langsung membangun satuan itu. walaupun analisis ini memiliki banyak kelemahan tapi ada manfaat dalam memahami satuan bahasa dan menghindari keambiguan.
2.3.3 Analisis Rangkaian Unsur & Analisis Proses Unsur
Analisis rangkaian unsur mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain sedangkan analisis proses unsur menggangap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.
2.4 MANFAAT LINGUISTIK
Linguistik akan memberi manfaat langsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, petugas penerangan, para jurnalis, politikus, diplomat, dsb.
Naralita Kusuma Noviyani
1402408155
BAB III
OBJEK LINGUISTIK : BAHASA
3.1 PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
3.2 HAKIKAT BAHASA
3.2.1 Bahasa Sebagai Sistem
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan.
3.2.2 Bahasa Sebagai Lambang
Bahasa adalah suatu sistem lambang dalam bentuk bunyi bahasa, bukan dalam wujud yang lain.
3.2.3 Bahasa Adalah Bunyi
Bahasa adalah sistem lambang bunyi, berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi atau bahasa lisan.
3.2.4 Bahasa Itu Bermakna
Bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna dalam bahasa apapun, bukanlah bahasa, sebab fungsi bahasa adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran.
3.2.5 Bahasa Itu Arbitrer
Yaitu tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud lambang tersebut.
3.2.6 Bahasa Itu Konvensional
Bila kearbitreran terletak pada hubungan antara lambang-lambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka konvensional bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.
3.2.7 Bahasa Itu Produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dapat dibuat satu-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas.
3.2.8 Bahasa Itu Unik
Setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya, baik dalam sistem bunyi, sistem pembentukan kata dan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.
3.2.9 Bahasa Itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa di dunia ini, bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
3.2.10 Bahasa Itu Dinamis
Satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
3.2.11 Bahasa Itu Bervariasi
Bahasa itu bervariasi bila terdapat tiga istilah yaitu idialek, dialek, dan ragam.
3.2.12 Bahasa Itu Manusiawi
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
3.3 BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Masalah bahasa dalam kaitanya dengan kegiatan sosial didalam masyarakat, atau hubungan bahasa dengan masyarakat itu.
3.3.1 Masyarakat Bahasa
Sekelompok orang yang menggunakan bahasa yang sama.
3.3.2 Variasi dan Status Sosial Bahasa
Anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam pula.
3.3.3 Penggunaan Bahasa
Komunikasi lewat bahasa harus memperhatikan faktor-faktor siapa lawan bicara, topik, situasi, tujuan, jalur, dan ragam bahasa.
3.3.4 Kontak Bahasa
Dalam masyarakat terbuka, para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain baik satu atau lebih dari satu masyarakat.
3.3.5 Bahasa dan Budaya
Hubungan bahasa dan budaya sangat erat, karena bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.
3.4 KLASIFIKASI BAHASA
3.4.1 Klasifikasi Genetis
Suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
3.4.2 Klasifikasi Tipologis
Unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa.
3.4.3 Klasifikasi Areal
Hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, dalm satu areal, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak.
3.4.4 Klasifikasi Sosiolinguistik
Hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat.
3.5 BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Para ahli menguatkan tulisan itu berasal dan tumbuh dari gambar-gambar yang terdapat dari gua-gua di Altamila. Gambar-gambar seperti ini disebut piktogram, yang digunakan zaman modern sebagai alat komunikasi. Ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf dan sebalik setiap satu huruf dipakai untuk melambangkan satu fonem.
Fitriya Nurul Chasanah
1402408218
BAB III
OBJEK LINGUISTIK : BAHASA
3.1 Pengertian Bahasa
Pemakaian kata bahasa dalam bentuk kalimat-kalimat berikut!
1. Dika belajar bahasa Inggris, Nita belajar bahasa Jepang.
menunjuk pada bahasa tertentu (langue).
2. Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang tidak.
bahasa menunjuk bahasa pada umumnya (langage).
3. Hati-hati bergaul dengan anak yang tak tahu bahasa itu.
bahasa berarti sopan santun.
4. Dalam kasus itu ternyata Lurah dan Camat tidak mempunyai bahasa yang sama.
bahasa berarti kebijakan dalam bertindak.
5. Katakanlah dengan bahasa bunga !
bahasa berarti maksud-maksud dengan bunga sebagai lambang.
6. Pertikaian itu tidak bisa dengan bahasa militer.
bahasa berarti dengan cara.
7. Kalau dia memberi kuliah bahasanya penuh dengan kata daripada dan akhiran ken.
bahasa berarti ujarannya.
8. kabarnya, Nabi Sulaiman mengerti bahasa semut.
bahasa bersifat hipotesis.
Menurut Kridalaksana (1983) dan Djoko Kentjono (1982) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang abitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
3.2 Hakikat Bahasa
Beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa :
1. bahasa itu adalah sebuah sistem.
2. bahasa itu berwujud lambang.
3. bahasa itu berupa bunyi.
4. bahasa itu bersifat abitrer.
5. bahasa itu bermakna.
6. bahasa itu bersifat konvensional.
7. bahasa itu bersifat unik.
8. bahasa itu bersifat universal.
9. bahasa itu bersifat produktif.
10. bahasa itu bervariasi.
11. bahasa itu bersifat dinamis.
12. bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial.
13. bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
3.2.1 Bahasa sebagai sistem
Sistem artinya cara atau aturan.
Sebagai sebuah sistem bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak secara sembarangan.
Sistemis artinya behasa itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi terdiri juga dari sub-sub sistem atau sistem bawahan.
Jenjang subsistem dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa.
Kajian linguistik dibagi dalam beberapa tataran yaitu tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon.
3.2.2 Bahasa sebagai lambang
Lambang dalam kegiatan ilmiah, bidang kajian yang disebut ilmu semiotikan atau semiologi yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia.
Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional tidak secara alamiah dan langsung.
Gerak isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota badan dan tidak bersifat imperative seperti pada sinyal.
Gejala atau Symptom adalah suatu tanda yang tidak disengaja, yang dihasilkan tanpa maksud tetapi alamiah untuk menunjukan atau mengungkapakan bahasa sesuatu akan terjadi.
Ikon adalah tanda yang paling mudah dipahami karena kemiripan dengan sesuatu yang diwakili.
Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya sesuatu yang lain.
3.2.3 Bahasa adalah bunyi
Menurut Kridalaksana bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
3.2.4 Bahasa itu bermakna
Lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, makna dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu didalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata , frase, kalimat dan wacana.
3.2.5 Bahasa itu abitrer
Abitrer artinya sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap.
Istilah abitrer dalam masalah ini artinya tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep / pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
3.2.6 Bahasa itu konvensional
Artinya semua anggota mesyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
3.2.7 Bahasa itu produktif
Produktif artinya banyak hasilnya atau lebih tepat “terus-menerus menghasilkan”.
keproduktifan bahasa ada batasnya, ada dua macam keterbatasan yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue.
3.2.8 Bahasa itu unik
Bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat atau sistem lainnya.
3.2.9 Bahasa itu universal
Artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
3.2.10 Bahasa itu dinamis
Kehidupan masyarakat tidak tetap dan selalu berubah maka bahasa juga ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis karena itulah bahasa disebut dinamis.
3.2.11 Bahasa itu bervariasi
Tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu idiolek, dialek dan ragam.
3.2.12 Bahasa itu manusaiwi
Artinya hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
3.3 Bahasa dan Faktor Luar Bahasa
3.3.1 Masyarakat bahasa
Artinya sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama akibat dari konsep “merasa menggunakan bahasa yang sama” maka patokan linguistik umum mengenai bahasa menjadi longgar.
3.3.2 Variasi dan status sosial bahasa
Ada 2 macam variasi bahasa yaitu variasi bahasa tinggi (disingkat variasi bahasa T) dan variasi bahasa rendah (disingkat variasi bahasa R).
3.3.3 Penggunaan bahasa
Hymes (1974) mengatakan suatu konumikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur (SPEAKING) yaitu :
1. Setting dan scene
2. Participants
3. Ends
4. Act sequences
5. Key
6. Instrumentalities
7. Norms
8. Genres
3.3.4 Kontak bahasa
Akibat dari kontak bahasa adalah dalam masyarakat yang bilingual / multilingual, dapat terjadi peristiwa / kasus yang disebut interferensi, integrasi, ahlikode (code-swith-ing) dan campur kode (code-mixing).
3.3.5 Bahasa dan budaya
Pakar menyatakan hubungan antara bahasa dan kebudayaan digambarkan sebagai bayi kembar siam, dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
3.4.1 Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu artinya bahasa berasal / diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
3.4.2 Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe / tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa.
3.4.3 Klasifikasi Areal
Klasifikasi Areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain didalam suatu areal atau wilayah tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak.
3.4.4 Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasar hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat yaitu status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu.
3.5 Bahasa Tulis dan Sistem Aksara
Bahasa tulis dapat disimpan lama sampai waktu yang tak terbatas.
Bahasa lisan (dalam bentuk rekaman) bisa menembus waktu dan ruang.
Ada beberapa jenis aksara yaitu aksara piktografis, aksara ideografis, aksara silabis dan aksara fonemis.
Eni Rianawati
1402408063
BAB 4
TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
Pembicaraan merupakan runtutan bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang terdengar suara naik dan turun, hentian sejenak atau agak lama, tekanan keras atau lembut dan kadang suara pemanjangan atau biasa. Runtutan bunyi bahasa dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya ditandai dengan hentian atau jeda dalam runtutan bunyi.
Pada tahap pertama, dapat disegmentasikan berdasarakan jeda yang paling besar kemudian pada tahap berikutnya dapat disegmentasikan lagi sampai pada kesatuan runtutan bunyi yang disebut silabel atau suku kata. Jadi, silabel merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring. Untuk menentukan ada berapa silabel pada sebuah kesatuan runtutan bunyi bisa dilihat dari jumlah vokal yang terdapat di dalamnya.
Bidang linguistik yang mempelajari runtuatan bahasa disebut fonologi.
Menurut hierarki satuan bunyi bahasa yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:
- fonetik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
- fonemik yitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa denagn memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
4.1. FONETIK
Menurt proses terjadinya, bunyi bahasa dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai berikut:
1. Fonetik artikulatoris yaitu mempelajari bagaimana mekanisme alat bicara manusia dalam menghasilkan bunyi bahasa.
2. Fonetik akustik yaitu mempelajari bunyi bahasa sebagai fenomena alam, misal frekuensi getaran, amplitudo, intensitas, dan timbrenya.
3. Fonetik auditoris yaitu mempelajari mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita.
4.1.1 Alat Ucap
Dalam fonetik artikulatoris yang dibicarakan adala alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Misalnya nama-nama alat ucap itu sebagai berikut:
a. pangkal tenggorok (larynx)-laringal
b. rongga kerongkongan (pharynx)-faringal
c. pangkal lidah (dorsum)-doral
d. tengah lidah (medium)-medial
e. daun lidah (laminum)-laminal
f. ujung lidah (apex)-apikal
g. anak tekak (uvula)-uvulas
h. langit-langit lunak (velum)-velas
i. langit-langit keras (palatum)-palatal
j. gusi (alveolum)-alveolar
k. gigi (dentum)-dental
l. bibir (labium)-labial
4.1.2 Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok yang didalamnya terdapat pita suara. Agar dapat didengar suara bunyi yang keluar harus terdapat hambatan.
Berkenaan dengan hambatan pada pita suara, terdapat empat macam posisis pita suara yaitu:
a. pita suara terbuka yaitu tidak terjadi bunyi bahasa
b. pita suara terbuka agak lebar yaitu terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara (viceless)
c. pita suara terbuka sedikit yaitu terjadi bnyi bahasa yang disebut bunyi bersuara (voice)
d. pita suara tertutup rapat-rapat yaitu terjadi bunyi hamzah atau global stop.
sesudah melewati pita suara, tempat asal awal terjadinya bunyi bahsa, arus udara diteruskan ke alat ucap tertentu yang terdapat dirongga mulut atau rongga hidung. Tempat bunyi bahasa dihasilkan disebut tempat artikulasi, proses terjadinya disebut proses artikulasi dan alat-alat yang digunakan disebut artikulator. Terdapat dua artikulator yaitu artikulator aktif yaitu alat ucap yang bergerak dan artikulator pasif yaitu alat ucap ynag tidak bergerak.
Keadaan atau posisis bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif disebut stikur.
Selain bunyi-bunyi tunggal di atas juga dijumpai bunyi ganda. Artinya ada dua bunyi yang lahir dalam dua proses artikulasi yang berangkaian yaitu setelah artikulasi pertama segera disusul oleh artikulasi kedua. Pada artikulasi kedua itu terdapat beberapa proses yang disebut sebagai berikut:
- labialisasi yaitu dengan membulatkan bentul mulut.
- patalisasi yaitu dengan menaikkan bagian depan lidah
- velarisasi yaitu dengan menaikkan belakang lidah ke langit-langit lunak
- faringalisasi yaitu dengan menarik lidah ke arah didnding faring.
4.1.3. Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari akasara Latin yang ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan modifikasi terhadap huruf Latin itu. Dalam tulisan fonetik tiap huruf digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa. Setiap bunyi dilambangkan secara akurat, artinya setiap bunnyi mempunyai lambang-lambang sendiri. Dalam studi linguistik telah dikenalkan tulisan fonetik dari International Phonetic Alphabet (IPA) pada tahu 1886.
4.1.4. Klasifikasi Bunyi
Bunyi bahasa dibedakan atau vokal dan konsonan. Perbedaan bunyi vokal dengan bunyi konsonan yaitu ada tidaknya hambatan pada arus udara setelah melewati pita suara.
4.1.4.1 Klasifikasi Vokal
Vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah vertikal dibedakan menjadi vokal tinggi, vokal tengah dan vokal rendah. Sedangkan posisis horizontal dibedakan menjadi vokal depan, vokal pusat dan vokal belakang. Menurut bentuk mulut dibedakan menjadi vokal bundar (mulut membundar saat mengucap vokal itu) dan vokal tak bundar.
4.1.4.2 Diftong atau Vokal Rangkap
Disebut vokal rangkap karena posisi lidah ketika menghasilkan bunyi pada awal dan akhir tidak sama dalam hal tinggi rendahnya lidah tetapi dihasilkan hanya satu buah bunyi dalam satu silabel. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, yaitu:
o diftong naik (bunyi pertama posisisnya lebih rendah dari posisi kedua)
o diftong turun (posisi pertama lebih tinggi dari posisi kedua)
4.1.4.3 Klasifikasi Konsonan
Konsonan dibedakan berdasarkan posisi pita suara, tempat artikulasi dan cara artikulasi.
- berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tidak bersuara.
- berdasarkan artikulasi, dibedakan menjadi:
1. bilabial yaitu konsonan terjadi pada kedua belah bibir.
2. labiodental yaitu konsonan terjadi pada gigi bawah dan bibir atas.
3. laminoalveolar yaitu konsonan terjadi pada daun lidah yang menempel pada gusi.
4. dorsovelar yaitu konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak.
- berdasarkan cara artikulasinya dibedakan menjdai konsonan hambat (plosif), geseran (frikatif), paduan, sengauan (nasal), getaran (trill), sampingan (lateral) serta hampiran (aproksiman).
4.1.5 Unsur Suprasegmental
Dalam arus ujaran, bunyi yang dapat disegmentasikan disebut bunyi segmental sedangkan bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut bunyi suprasegmental.
4.1.5.1 Tekanan atau Stres
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Bunyi yang diucapkan denag arus udara kuat akan dihasilkan tekanan yang keras, begitu juga sebaliknya.
4.1.5.2 Nada atau Piteh
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Suatu bunyi yang diucapkan dengan frekuensi getaran tinggi akan dihasilkan nada tinggi, begitu juga sebaliknya.
4.1.5.3 Jeda atau Persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Persendian dibedakan menjadi:
- sendi dalam yang menunjuk batas antara satu silabel denagn silabel lain
- sendi luar yang menunjuk batas lebih besar dari segmen silabel yang terdiri atas jeda antarkata dalam frase, jeda antar frase dalam klausa serta jeda antarkalimat dalam wacana.
4.1.5.4 Silabel
Silabel yaitu satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran atau runtutan bunyi. Satu silabel meliputi satu vokal atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Bunyi silabis atau puncak kenyaringan juga terdiri pada sebuah vokal. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi aset dan koda pada dua buah silabel yang berurutan disebut interlude. Sedangkan pengertian onset yaitu bunyi pertama pada sebuah silabel dan koda yaitu bunyi akhir pada sebuah silabel.
4.2 FONEMIK
Objek penelitian yaitu fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat berfungsi untuk membedakan makna kata.
4.2.1 Indentifikasi Fonem
Untuk mengetahui sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa lalu membandingkan denagn satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka bunyi tersebut adalah sebuah fonem. Misalnya kata laba dan raba.
Indentitas sebuah fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja.
4.2.2 Alofon
Alofon mempunyai kemipripan fonetis artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Dalam distribusinya alofon memiliki 2 sifat yaitu:
1. distribusi komplementer yaitu distribusi yang tidak bisa dipertukarkan
2. distribusi bebas yaitu alofon bolh digunakan tanpaa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
Alofon adalah realisasi dari fonem sehingga dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrka.
4.2.3 Klasifkasi Fonem
Klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi yaitu vokal dan konsonan. Bedanya jika bunyi itu banyak sekali, sedangkan fonem agak terbatas sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem.
4.2.4 Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidaklah sama dengan bahasa lain.
4.2.5 Perubahan Fonem
Ucapan fonem dapat berubah atau berbeda tergantung pada lingkungnnya. Kasus perubahan itu sebagai berikut:
4.2.5.1 Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya suatu bunyi menjadi sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem disebut asimilasi fonemis sedangkan perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas suatu fonem dinamakan asimilasi fonetis.
Asimilasi dibedakan menjadi asimilasi progresif (bunyi yang ada dibelakang bunyi yang mempengaruhinya), asimilasi regresif (bunyi yang diubah ada didepan bunyi yang mempengaruhinya) dan asimilasi resiprokal (perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi)
Disimilasi adalah perubahan yang menyebabkan dua fonem yang sama menjadi berbeda.
4.2.5.2 Netralisasi dan Arkifonem
Pelafalan kedua kata yang dieja berbeda itu menjadi sama merupakan suatu hasil penetralan. Apabila dalam linguistik, perubahan itu disebut arkifonem.
4.2.5.3 Umlaut, Ablaut dan Harmoni Vokal
Umlaut yaitu perubahan vokal menjadi vokal yang lebih tinggi. Ablaut yaitu perubahan vokal dalam bahasa Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal sedangkan untuk perubahan bunyi, harmoni vokal atau keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turjki.
4.2.5.4 Kontraksi
Pemendekan berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih disebut kontraksasi. Pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-sendiri.
4.2.5.5 Metatesia dan Epentesis
Proses metatesis yaitu mengubah urtutan fonem yang terdapat dalam suatu kata sedangkan proses epentesis yaitu sebuah fonem tertentu biasanya yang homorgan dengan lingkungannya disisipkan ke dalam sebuah kata
4.2.6 Fonem dan Grafem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan
makna / fungsional.
Syafaatun Nikmah
1402408319
BAB 5
TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI
A. Morfem
Satuan bunyi terkecil disebut fonem. Di atas satuan fonem yang fungsional ada satuan yang lebih tinggi yang disebut silabel. D atas satuan silabel secara kualitas ada satuan lain yang fungsional disebut morfem. Morfem ini merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Morfem mempunyai ciri atau identitas tersendiri yaitu kesamaan arti dan kesamaan bentuk.
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Untuk memudahkan pembelajaran morfem diklasifikasikan menjadi:
1. Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pentuturan, misal : makan, minum, kapal dan dapur. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung tidk dapat muncul pentuturan, semua afiks merupakan morfem terikat.
2. Morfem utuh dan morfem terbagi
Yang termasuk morfem utuh adalah semua morfem dasar bebas, sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
3. Morfem segmental dan morfem suprasegmental
Yang membedakan kdua morfem ini adalah jenis morfem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental.
4. Morfem beralomorf zero
Adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa unsur suprasegmental melainkan berupa kekosongan. Dalam bahasa Inggris ada alomorf zero untuk morfem penanda waktu lampau.
5. Morfem bermakna leksikal dan morfem yang tak bermakna leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu diproses dulu dengan morfem lain. Sedangkan morfem tidak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri, biasanya morfem-morfem afiks.
Ada tiga macam morfem dasar dalam bahasa Indonesia :
1. Morfem dasar bebas, adalah morfem dasar yang secara potensial dapat langsung menjadi kata
2. Morfem dasar yang kebebasannya dipersoalkan
3. Morfem dasar terikat, yakni morfem dasar yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi kata tanpa terlebih dahulu mendapat proses morfologi.
B. Kata
Kata adalah satuan bahas ayang memiliki satu pengertian, susunan kata yang stabil dan tidak berubah serta tidak dapat disisipi fonem lain. Klasifikasi kata berdasarkan kriteria makna :
1. Kelas verba, adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan.
2. Kelas nomina, adalah kata yang menyatakan benda.
3. Kelas ajektifa, adalah kata sifat.
Berdasarkan kriteria fungsi digunakan untuk mengklasifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, dll. Pembentukan kata mempunyai dua sifat yaitu membentuk kata-kata yang bersifat inflektif dan bersifat derivatif. Di dalam bahasa Indonesia tidak ada masalah konyugasi dan deklinasi karena bahasa Indoesia bukan bahas berfleksi. Prefiks me-, di-, ter-, ku-, dan kau- adalah inflesional. Pembentuk kata inflektif tidak membentuk kata baru atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Sedangkan pembentuk kata derivatif, kata yang dibentuk identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
C. Proses morfemis
Afiksasi adalah proses perubahan afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur seperti bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang dihasilkan. Dilihat dari posisi melekatnya imbuhan pada bentuk dasar dibedakan menjadi :
1. Prefiks, yaitu afiks yang diimbuhkan di muka kata
2. Infiks, yaitu afiks yang diimbuhkan di tengah kata
3. Sufiks, yaitu afiks yang dimbhkan di akhir kata
4. Konfiks, yaitu afiks yang diimbuhkan di depan dan akhir kata
5. Interfiks, adalah sejenis afiks yang muncul dalm proses penggabungan dua buah unsur
6. Transfiks, adalah afiks yang berwujud vokal-vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
Reduplikasi adalah mengulang bentuk dasar baik secara keseluruhan, sebagian mupun perubahan bunyi. Maka sering dibedakan menjadi reduplikasi penuh, sebagian, perubahan bunyi, dan semu.
Komposisi adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan merfem bebas maupun terikat sehinggan terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru. Ada juga yang mengartikan sebagai kata majemuk kalau identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsur-unsurnya.
Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan segmental. Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagiab leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah singkatan tetapi maknanya masih sama dengan bentuk utuhnya. Hasil pemendekan ini dibedakan atas penanggalan, singkatan, akronim.
Akronim adalah pemendekan yang berupa kata atau bisa dilafalkan sebagai kata. Produktivitas proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata terutama afiks, reduplikasi dan komposisi digunakna berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas.
D. Morfofomik
Adalah peristiwa berubah wujudnya morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiks, reduplikasi maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses morfofomik berwujud pemunculan fonem, pelepasan fonem, peluruhan fonem, perubahan fonem dan pergeseran fonem.
Nurul Aini Rohmah
1402408256
BAB 6
tataran linguistic (3): SINTAKSIS
Istilah morfosintaksis merupakan gabungan dari morfologi dan sintaksis. Istilah ini muncul untuk menyebut kedua bidang itu sebagai satu bidang pembahasan. Meskipun demikian, orang biasa membedakan kedua tataran itu dengan pengertian morfologi membicarakan struktur internal kata sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungannnya dengan kata lain atau unsur-unsur lain sebagai suatau satuan ujaran. Secara etimologi, istilah sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
6.1 Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (s), predikat (p), objek (o) dan keterangan (k). istilah nomina, verba ajektiva dan numeralia adalah istilah yang berhubungan dengan kategori sintaksis. sedangkan peran sintaksis berhubungan dengan istilah pelaku, penderita dan penerima.
Menurut Verhaar (1978) fungsi sintaksis yang terdiri dari S, P, O dan K merupakan kotak-kotak kosong atau tempat-tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Keempat fungsi tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis. Banyak pakar yang mengatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek dan predikat, sedangkan objek dan keterangan boleh tidak muncul.
6.2 Kata sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata adalah satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem) tetapi dalam tataran sintaksis merupakan satuan terkecil yaitu dalam hubungannnya dengan unsur-unsur pembentuk satuan yang lebih besar yaitu frase, klausa dan kalimat. Kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis dan perangkai dalam penyatuan satuan atau bagian dari satuan sintaksis. Ada dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas.
6.3 Frase
6.3.1 Pengertian Frase
Frase adalah gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintakasis di dalam kalimat, sehingga salah satu unsur tidak dapat dipindahkan sendirian. Frase tidak memiliki makna baru melainkan makna sintaksis atau gramatikal komponen-komponen frase dapat disela unsure lain dan selalu terdiri dari morfem bebas.
6.3.2 Jenis Frase
6.3.2.1 Frase Eksosentrik
Frase yang komponen-komponennnya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannnya. Secara keseluruhan atau secara utuh frase dapat mengisi fungsi keterangan.
6.3.2.2 Frase Endosentrik
Frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya salah satu unsur dapat menggantikan kedudukan keseluruhannnya. Biasa disebut juga frase subordinatif. Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frase nominal, verbal, abjektival dan numeral.
6.3.2.3 Frase Kooordinatif
Frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal maupun terbagi. Frase ini tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit (ftrase parataksis)
6.3.2.4 Frase Apositif
Frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, sehingga urutan komponennya dapat dipertukarkan.
6.3.3 Perluasan Frase
Frase dapat diperluas artinya frase dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
6.4 Klausa
tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan dibawah tataran kalimat.
6.4.1 Pengertian Klausa
Satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya ada komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek dan keterangan. Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat mayor, letak klausa adalah didalam kalimat. Klausa berpotensi sebagai kalimat tunggal karena didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib yaitu subjek dan predikat.
6.4.2 Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi klausa bebas (strukturnya lengkap) dan klausa terikat (strukturnya tidak lengkap). Sedangkan berdasarkan kategori unsur segmentalyang menjadi predikatnya dapat dibedakan menjadi klausa verba, nominal, ajektifal, adverbial dan preposisional.
6.5 Kalimat
6.5.1 Pengertian Kalimat
Secara umum berarti susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Secara khusus berarti satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang memberi ciri kalimat ada tiga yaitu intonasi deklaratif (tanda titik), intonasi interogatif (tanda tanya), dan intonasi seru (tanda seru)
6.5.2 Jenis Kalimat
6.5.2.1 Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti/dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, akif atau netral dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan proses transformasi misalnya pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, penginversian, pelepasan dan penambahan. Kalimat inti yang ditambah proses transformasi akan menbentuk kalimat non inti.
6.5.2.2 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal memiliki satuan klausa sedangkan kalimat majemuk memiliki lebih dari satu. Kalimat majemuk berdasarkan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat terbagi menjadi kalimat majemuk koordinatif (setara), subordinatif (bertingkat) dan kompleks.
6.5.2.3 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor memiliki klausa yang lengkap minimal ada subjek dan predikat sedangkan kalimat minor klausanya tidak lengkap.
6.5.2.4 Kalimat Verbal dan Non Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal.
6.5.2.5 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.
6.5.3 Intonasi Kalimat
Salah satu alat sintaksis yang penting dan merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa. Aapbila intonasi daris ebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.
Ciri-ciri intonasi antara lain tekanan yaitu ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Dan nada yaitu unsur suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran.
6.5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis
6.5.4.1 Modus
Pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkannnya. Ada beberapa modus yaitu modus indikatif dan deklaratif, optatif, imperatof, interogatif, obligatif, desideratif dan kondisional.
6.5.4.2 Aspek
Cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses. Ada beberapa aspek yaitu aspek kontinuatif, inseptif, progresif, porfektif, imperfektif dan sesatif.
6.5.4.3 Kala
Informasi alam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat.
6.5.4.4 Modalitas
Keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, peristiwa atau keadaan atau juga sikap terhadap lawan pembicaranya. Ada beberapa modalitas yaitu modalitas intensional, opistemik, deontik dan dinamik.
6.5.4.5 Fokus
Unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
6.5.4.6 Diatesis
Gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Ada bebarapa diatesis yaitu diatesis aktif, pasif, refleksif, resiprokaf dan kausatif.
6.6. Wacana
6.6.1 Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hirearki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan terbesar maka dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca dan pendengar tanpa keraguan apapun. Kekohesian yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana.
6.6.2 Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain:
1. konjungsi yakni alat untuk menghubungkan bagian kalimat atau paragraf.
2. menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagi rujukan anaforis
3. menggunkan elipsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat yang lain.
dan bisa dengan bantuan aspek semantik yaitu menggunakan hubungan pertentangan dan perbandingan, generik-spesifik, sebab dan akibat, tujuan di dalam isi sebuah wacana, rujukan yang sama.
6.6.3 Jenis Wacana
Sesuai dengan sudut pandang dilihatnya ada wacana lisan dan tulis, prosa dan puisi, narasi eksposisi persuasi dan argumentasi.
6.6.4 Subsatuan Wacana
Dalam karangan ilmiah subsatuannya disebut sebagai bab, subbab, paragraf atau juga subparagraf. Tapi dalam wacana singkat tidak ada.
6.7 Catatan Mengenai Hierarki Satuan
Satuan yang kecil akan membentuk satuan yang lebih besar. Fonem akan membentuk morfem lalu membentuk kata lalu frase kemudian klausa selanjutnya akan membentuk kalimat dan pada akhirnya akan membentuk wacana.
Dalam praktek bahasa banyak terjadi faktor penyebab penyimpangan urutan yaitu pelompatan tingkat, pelapisan tingkat dan penurunan tingkat.
Zainia Mardiani
1402408167
BAB 7
TATARAN LINGUISTIK (4): SEMANTIK
Wacana terbentuk dari kalimat, kalimat dari klausa, klausa terdiri dari beberapa frase, frase terdiri dari kata, kata terdiri dari morferm yang terdiri dari fenom yang terdapat beberapa font/bunyi
Hocket berpendapat tentang bahasa, yaitu system yang komplek dari kebiasaan – kebiasan. Yang terdiri dari beberapa subsistem antara lain subsistem gramatikal, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantic, subsistem fonetik.linguistik/bahasa ( signe lingustique) terdiri dari signifian dan signifie
7.1 Hakikat Makna
Menurut Ferdinand De Sausure, tanda linguistic terdiri dar signifian ( yang mengartikan) dan signifie ( yang mengartikan)
Contohnya: meja. Signifian dari meja(tanda linguistik) : /m/,/e/,/j/,/a/ . sedangkan signife yaitu : sejenis perabotan rumah tangga/ kantor
Menurut Richard & Ogdent
(b) konsep sejenis peralatan rumah tangga
(c) referan
(a) tanda linguistic
menurut Ferdinand De Saussere, makna sama dengan pengertian / konsep yang dimiliki oleh setiap kata / leksem; kalau hal tersebut / tanda linguistic itu disamakan identitasnya dengan kata / leksem. Tapi apabila hal tersebut disamakan identitasnya dengan morfem afiks. Missal penanda ( mengacu pada sesuatu yang ditandai) karena merupakan penanda maka mempunyai petanda. Tidak semuakata / leksem itu mempuntai acuan kongkret didunia nyata, kadang kata / leksem sering kali lepas dari pengertianya. Missal buaya, “ dasar buaya isbunya sendiri ditipunya” kita bias mengartikan sebuah kata apabila sudah berada dalam konteks wacana/situasi. Kita tiadak bias menjelaskan hubungan kata – kata itu dengan makna yang dimiliki.
7.2 Jenis Makna
Karena bahasa digunakan untuk berbagai kegiatan dalam keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam – macam
7.2.1 Jenis Leksikal, gramatikal dan kontekstual
Makna Leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun( makna sebenarnya), missal: kuda: binatang berkaki empat
Makna Gramatikal adalah baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi / kalimatisasi, missal ber+ baju : berarti mengenakan/memakai baju
Makna Kontekstual adalah makna sebuah leksem / kata yang berada didalam satu konteks, juga dapat berkenaan dengan situasi, tempat,waktu, lingkungan.
7.2.2 Makna Refernsial dan Non referensial
Sebuah kata / leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya/ acuanya.
7.2.3 Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif : makna asli, makna asal / makna sebenarnya yang memiliki sebuah leksem
Makna Konotatif : makna lain yang “ ditambahkan “ pada makna denotative
7.2.4 Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna Koseptual : makna leksikal, makna denotatif dan makna referensial ( makna yang sebenarnya)
Makna Asosiatif : perkembangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain. ,akna asosiatif terdiri dari :
1. makna konotatif : makna tidak sebenarnya
2. makna statistika : pembedaan penggunaan kata
3. makna efektif : perasaan pembicara terhadap lawan bicara
4. makna kolokatif : ciri – cirri makna tertentu yang dimiliki sebuah dari kata – kata yang bersinonim
7.2.5 Makna Kata dan Makna Istilah
Istilah : hanya digunakan pada bidang ke ilmuan / kegiatan tertentu
Makna kata : setiap kata yang memiliki makna
7.2.6 Makna Idiom dan Peribahasa
Idiom : satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “ diramalkan” dari makna unsure-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal
Peribahasa : makna yang masih dapat ditelusuri dari makna unsur – unsurnya
7.3 Kelasi Makna
hubungan semantic yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lain. Yang dibicarakan sinonim, antonym, polisemi, homonym, hiponim, ambiguity, redundansi.
7.3.1 Sinonim
Hubungan simantik yang menyatakan adanya kesamaan makna. 2 buah ujaran yang bersinonim tidak akan persis sama terjadi karena
1. factor waktu
2. factor tempat dan wilayah
3. factor keformalan
4. factor social
5. bidang kegiatan
6. factor nuansa makna
7.3.2 Antonim
Hubungan semantic antara 2 buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kenalikan, pertentangan, kontras. Dilihat dari sifat hubungannya dibedakan atas beberapa jenis
1. Antonym yang bersifat mutlaik hidup x mati
2. Antonym yang bersifat relative/ bergradasi besae x kecil
3. Antonim yang bersifat relasional membeli x menjual
4. Antonim yang bersifat hierarki tamtama x bintara
antonym majemuk : sataan ujaran yang memiliki pasangan antonym lebih dari Satu
7.3.3 Polisemi
Kata yang mempunyai makna lebih dari Satu
Misal :
Kepala : 1. bagian tubuh manusia
2. ketua / pimpinan
3. sesuatu yang disebelah atas
4. sesuatu yang berbentuk bulat
5. sesuatu yang sangat penting
7.3.4 Homonim
2 kata / satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama maknya berbeda
contoh : bias; racun ular/sanggup
1. Homofon
Adanya kesamaan bunyi ( fon), ejaan, tulisan beda
Contoh : bang : abang , bank : lembaga keuangan
2. Homograf
Ejaan sama, ucapan dan makna tidak sama
7.3.5 Hiponim
Hubungan semantic antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujara yang lain.
Contoh : merpati dan burung
7.3.6 Ambiguiti / Ketaksaan
Gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda, biasanya terdapat pada bahasa tulisan
7.3.7 Redundasi
Berlebih-lebihannya penggunaan unsure sagmental dalam suatu bentuk ujaran
Contoh : bola itu di tentang oleh dika
7.4 Perubahan Makna
Dalam masa yang relatif singkat, makna sebuah kata akan tetap sama, tak berubah tetapi dalam waktu yang relative lama ada kemungkinan akan berubah yang hanya terjadi pada sejumlah kata saja, yang disebabkan
1. perkembangan konsep ke ilmian dan teknologi
2. perkembangan social budaya
3. perkembangan pemakaian kata
4. pertukaran tanggapan indra
5. adanya asosiasi ( hubungan antara sebuah bentuk ucapan)
1. meluas
2. menyempit
3. total
4. eufemisme
5. aisfemisme
7.5 Medan Makna dan Komponen Makna
Pengelompokan kata berdasarkan cirri semantic yang dimiliki kata – kata itu
Analisis komponen : usaha untuk menganalisis kata / leksem atas unsur – unsur yang dimiliki.
7.5.1 Medan Makna (Semantic domain, semantic field )
Makna leksikal : seperangkat unsure leksikal yang maknnya saling berhubungan kerena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan/ realitas dalam alam semesta tertentu.
7.5.2 Komponen Makna
Makna yang dimiliki setiap kata yang terdiri dari sejumlah komponen yang dapat di analisis, dibutiri / disebutkan satu –satu.
Komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentuk – bentuk yang bersinonim
Untuk membuat prediksi makna – makna gramatikal afiksasi, reduplikasi dan komposisi dalam bahasa Indonesia
7.5.3 Kesesuaian semantic dan sintatik
Diterima tidaknya kalimat bukan hanya masalah gramatikal tetapi juga masalah semantic.
Sarianti
1402408179
BAB 8
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
Dalam sejarah perkembanganya,linguistik di penuhi dengan berbagai aliran,paham,pendekatan,teknik penyelidikan.Dan semuanya itu menambah wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguistik.Berikut ini akan dibicarakan sejarah,perkembangan,paham dan beberapa aliran linguistik.
8.1 LINGUISTIK TRADISIONAL
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural.Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik,sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.
8.1.1 Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani yaitu lebih kurang abad ke-5 SM,sampai lebih kurang abad ke-2 M. Masalah pokok kebahasaan pada waktu itu adalah (1) Pertentangan antara fisis dan nomos (2) Pertentangan antara analogi dan anomali.Para filsuf Yunani mempertanyakan apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis mempunyai hubungan asal-usul,sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak mungkin diubah,sedangkan sedangkan konvensi mempunyai makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi,dan kemungkinan bisa diubah.Pertentangan analogi dan anomali adalah menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur.
Dari studi bahasa pada zaman Yunani kita kenal nama beberapa kaum atau tokoh :
8.1.1.1 Kaum Shopis
Muncul pada abad ke-5 SM,salah seorang tokoh shopis yaitu Protogoras,yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi,tanya,jawab,perintah,laporan,doa dan undangan.
8.1.1.2 Plato
Hidup sebelum abad Masehi,dia memperdebatkan analogi dan anomali,dia menyodorkan batasan bahasa,dan orang pertama yang membedakan kata dalam onoma dan rhema.
8.1.1.3 Aristoteles (384-322)
Adalah seorang murid Plato,dia menambahkan satu kelas lagi atas pembagian yang dibuat Plato.Dia membedakan jenis kelamin kata menjadi tiga,yaitu maskulin,feminim dan neutrum.
8.1.1.4 Kaum Stoik
Kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad ke-4 SM. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan tata bahasa,mnciptakan istilah-istilah khusus dan membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa,membedakan legein,dan membedakan jenis kata menjadi empat.
8.1.1.5 Kaum Alexandrian
Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa.Kita mewarisi buku dari mereka yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax.Buku ini fi jadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainya.
8.1.2 Zaman Romawi
Studi pada Zaman Romawi dapat dianggap sebagai kelanjutan dari Zaman Yunani.Tokoh yang terkenal antara lain,:Varro dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Gramaticae.
8.1.2.1 Varro dan “De Lingua Latina”
Dalam buku DeLingua Latina memperdebatkan masalah analogi dan anomali. Buku ini dibagi dalam bidang-bidang etimologi,morfologi dan sintaksis.
(a) Etimologi,adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta artinya.
(b) Morfologi,adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukanya
Varro membagi kelas kata latin dalam empat bagian,yaitu: kata benda,kata kerja,partisipel,Adverbium .Mengenai deklinasi,yaitu perubahan bentuk kata berkenaan dengan katagori,kasus jumlah dan jenis,Varro membedakan adanya dua macam deklinasi,yaitu deklinasi naturalis dan voluntaris.
8.1.2.2 “Institusiones Grammaticae” atau tata bahasa Priscia
Dalam studi bahasa,buku priscia ini merupakan buku tata bahasa yang paling lengkap.Beberapa segi yang patut di bicarakan dalam buku ini,antara lain:
(a)Fonologi,berbicara mengenai tulisan atau huruf yang disebut litterae,yaitu bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.Bunyi itu dibedakan menjadi empat macam,yaitu:
(1)Vox artikulata,untuk membedakan makna.
(2)Vox martikulata,bunyi yang tidak dapat diucapkan untuk menunjukan makna.
(3)Vox Litterata,bunyi yang dapat dituliskan baik artikulata maupun martikulata.
(4)Vox illiterate,bunyi yang tidak dapat di tuliskan.
(b) Morfologi,pada bidang ini dibicarakan mengenai dictio atau kata,kata yang dibedakan atas delapan jenis yang disebut partes orationis.Kedelapan jenis kata itu adalah:
(1)nomen,kata benda dan kata sifat menurut klasifikasi sekarang
(2)Verbum,kata yang menyatakan perbuatan.
(3)Participium,mengambil katagori verbum dan nomen.
(4)Pronomen,kata-kata yang dapat menggantikan nomen.
(5)Adverbium,kata-kata secara sintaksis dan semantik merupakan atribut verbum.
(6)Praepositio,kata-kata yang terletak didepan bentuk yang berkasus.
(7)Interjectio,yaitu kata-kata yang menyatakan perasaan,sikap,atau pikiran.
(8)Conjunctio,yaitu kata-kata yang bertugas menghubungkan anggota-anggota kelas kata yang lain untuk menyatakan hubungan sesamanya.
(c)Sintaksis,bidang sintaksis membicarakan hal yang disebut oratio,yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.
8.1.3 Zaman Pertengahan
Di zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa,antara lain adalah peranan kaum modistae,Tata Bahasa Spekultiva,dan Petrus Hispanus.
Kaum modistac masih membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos,juga antara analogi,dan anomali.Tata Bahasa Spekulativa,merupakan hasil integrasi diskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik. Petrus hispanus,bukunya yang berjudul Summulae Logicales dan perananya dalam bidang linguistik antara lain:
(a)Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa.
(b)Dia membedakan nomen atas dua macam,yaitu substantivum dan adjectivum
(c)Dia juga membedakan partes orationes atas catagoremaik dan syntategorematik
8.1.4 Zaman Renaisans
Dalam studi bahasa ada dua hal yang menonjol,yaitu:(1) Sarjana-sarjana waku itu juga menguasai bahasa Yunani,Ibrani dan Arab,(2) Menguasai pembahasan,penyusun tata bahasa,dan juga perbandingan.
8.1.5 Menjelang Lahirnya Linguistic Modern
Ferdinand de Saussure dianggap sebagai bapak linguistik modern.Tonggak yang sangat penting dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani,latin,dll. Konsep tata bahasa tradisional tidak sama dengan konsep linguistik modern.
8.2 LINGUISTIK STRUKTURALIS
Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu.
8.2.1 Ferdinand de Saussure
Pandangan-pandangan yang dimuat dalam buku Course de Linguistic Generale.Pandangan tersebut mengenai (1) Telaah sinkronik dan diakronik (2) Perbedaan langue dan parole (3) Perbedaan significant dan signifie (4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja ,sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah telaah sepanjang masa.Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita.Hubungan sintamatik pada tataran morfologi tampak pada urutan mofem-mofem pada suatu kata. Yang disebut paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis.
8.2.2 Aliran Praha
Terbentuk pada tahun 1926, atas prakrsa seorang tokohnya,yaitu Vilem Mathesius(1882-1945).Dalam bidang fonologi aliran praha membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi.Fonetik mempelajari hubungan-hubungan itu sendiri,sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem. Dalam bidang fonologi dikenalkan suatu istilah yang disebut morfonologi yang meneliti struktur fonologis mofem.Jadi secara singkat aliran praha ini fonologi dan sintakis.
8.2.3 Aliran Glosematik
Aliran Glosemtik lahir di Denmark,tokohnya antara lain,Louis Hjemselv. Menurut Hjemselv teori bahasa harusnya bersifat sembarang saja,artinya harus merupakan suatu sistem deduktif semata-mata dan juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan dan mengenai adanya hubungan sintagmtik dan hubungan paradigmatik.
8.2.4 Aliran Firthian
Nama John R.Firth sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi.Yang dikenal juga dengan nama Aliran Prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis.Firth juga terkenal dengan pandanganya mengenai bahasa ,yaitu telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis.
8.2.5 Linguistik Sistemik
Tokoh dari linguistik sistemik (SL) adalah M.A.K.Halliday.Pokok-pokok pandangan linguistik sistemik adalah: pertama,SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyaraktan bahasa.Kedua,SL memandang bahasa sebagai pelaksana.Ketiga,SL lebih mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasi-variasinya.Keempat,SL mengenal adanya gradasi dan kontinum.Kelima,SL memberikan tiga tataran utama bahasa.
8.2.6 Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika
Nama Leonard Bloomfield sangat terkenal dengan bukunya Language yang selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika.Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini,antara lain: Pertama,banyak sekali bahasa Indian di Amerika.Kedua,sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu.Ketiga,diantara linguis-linguis itu ada hubungan baik.
8.2.7 Aliran Tagmemik
Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L.Pike,seorang tokoh dari Summer Institue of Linguistics.Menurut aliran ini satuan dari sintagsis adalah tagmem. Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau Slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.
8.3 LINGUISTIK TRANSFORMASIONALDAN ALIRAN-ALIRAN
SESUDAHNYA
Linguistik bukan merupakan kegiatan yang statis,melainkan merupakan kegiatan yang dinamis,berkembang sesuai dengan filsafat ilmu itu.Begitulah,linguistik struktural lahir.Kemudian orang pun merasa bahwa model struktural juga banyak kelemahanya,sehingga lahirlah aliran yang agak berbeda.Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistik transformasional yang mempunyai pendekatan dan cara yang berbeda dengan linguistik struktural.
8.3.1 Tata Bahasa Transformasi
Tata bahasa informasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Sructure pada tahun 1957 dan bukunya yang kedua yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada tahun 1965.Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut.Tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat,yaitu:
Pertama,kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut.
Kedua,tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa,sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja.Tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari tiga komponen,yaitu (1) komponen sintaksis,(2) Komponen semantik,dan (3) komponen fonologis.Komponen sintaksis merupakan sentral dari tata bahasa,karena komponen ini yang menentukan arti kalimat dan menggambarkan aspek kreativitas bahasa. Komponen semantik memberikan interpretasi semantik pada deretan unsur yang dihasilkan oleh subkomponen dasar.Dan komponen fonologi memberikan interpretasi fonologi pada deretan unsur yang dihasilkan oleh kaidah transformasi.
8.3.2 Semantik Generatif
Kaum semantik generatif adalah mereka yang memisahkan diri karena ketidakpuasan dari teori guru mereka,Chomsky.Menurut teori generatif semantik, struktur semantik dan strukrur sintaksis bersifat homogen dan untuk menggabungkan kedua struktur itu cukup hanya dengan kaidah transformasi saja.
8.3.3 Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus pertama kali di perkenalkan oleh Charles J.fillmore dalam karangan berjudul”The Case for Case“ dalam karanganya Fillmore membagi kalimat atas
(1)modalitas,yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek,dan adverbia dan (2)proposisi,yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina.
8.3.4 Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan yang paling mendasar dari teori sintaksis.Tokoh-tokoh aliran ini,antara lain,David M.Perlmutter dan Paul M. Postal.Menurut tata bahasa relasional,setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam maujud (entity),yaitu:
(a) seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen didalam suatu struktur,
(b) seprangkat tanda relsional ( relational sign) yang merupakan relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu.
(c) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
8.4 TENTANG LINGUISTIK DI INDONESIA
Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap,meskipun studi linguistik telah berlangsung lama di Indonesia.
8.4.1 Pada awalnya penelitian di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainya,dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial sangat membutuhkan informasi tentang bahasa-bahasa pribumi untuk melancarkan jalanya pemerintah kolonial di Indonesia. Banyak sarjana yang dikirim untuk melakukan penelitian di seluruh nusantara,seperti Van der Tuuk,Brandstetter,Dempwolf,dan Kem yang telah merumuskan sejumlah teori mengenai sistem bahasa nusantara.Hasil dari penelitian mereka dapat diketahui dari buku-buku yang mereka terbitkan.Tampaknya cara pendeskripsian terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia seperti yang dilakukan para peneliti terdahulu masih berlanjut terus pada tahun tujuh puluh dan delapan puluhan.
8.4.2 Konsep linguistik modern baru tiba di Indonesia pada akhir sekali pada tahun lima puluhan. Pendidikan formal linguistic di fakultas sastra dan lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir lima puluhan masih terpaku pada konep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Konsep-konsep linguistik tradisional yang sudah mendarah daging tidak begitu saja dapat di atasi oleh konsep-konsep linguistik modern.Konsep linguistik modern melihat bahasa secara deskriptif sukar diterima oleh para guru bahasa dan pakar bahasa di Indonesia.Perkembangan waktu jualah yang menyebabkan konsep-konsep modern dapat diterima.Awal tahun tujuh puluhan dengan terbitnya buku Tata Bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf,yang isinya bayak menyodorkan kekurangan-kekurangan tata bahasa tradisional,dan menyajikan kelebihan-kelebihan analisis bahasa secara struktural,sehingga perubahan sikap terhadap linguistik modern banyak terjadi.
8.4.3 Dengan makin maraknya perkembangan studi linguistik,tentu saja banyak linguis-linguis Indonesia bermunculan,baik yang tamatan luar negeri maupun dalam negeri.Maka pada tanggal 15 November 1975,berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).Sejak 1983 MLI menerbitkan sebuah jurnal yang diberi nama Linguistik Indonesia.Jurnal ini dimksudkan sebagai wadah bagi para anggota MLI untuk melaporkan atau mempublikasikan hasil penelitianya.
8.4.4 Penyelidikan terhadap bahasa daerah-daerah dan nasional Indonesia banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia,seperti Uhlenbeck dengan kajianya terhadap bahasa Jawa.Ada Voorhove,Teeuw,Rolvink dan terakhir Grijns dengan kajian dilaek Jakartanya.Dan banyak lagi peneliti dari berbagai negara yang melakukan kajian tentang bahasa Indonesia.
8.4.5 Secara nasional bahasa Indonesia telah mempunyai sebuah buku tata bahasa baku dan sebuah kamus besar yang disusun oleh para pakar yang handal.Dalam kajian bahasa nasional Indonesia di Indonesia tercatat nama-nama,seperti Kridalaksana,Kaswanti Purwo,Dardjowidjojo dan Soedarjanto,yang telah banyak menghsilkan banyak tulisan mengenai berbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.

6 comments:

Helma Budidarma mengatakan...

keren tulisannya, saya orang psikologi yang baru ini ngajar psikolingusitik karena "terpaksa", tulisan sampean sangat bermanfaat buat saya. salam kenal...
thanks in advance
hnuraini@gmail.com

Indra Saputra mengatakan...

Terima kasih telah mengunjungi blog saya. :)

Anonim mengatakan...

terima kasih, cuma sayang belum banyak contohnya. Khan, lumayan buat sangu ngajar gitu jadi nggak cari-cari contoh lagi gitu

Anonim mengatakan...

Oke, trima kasih sarannya.

Indra Saputra mengatakan...

Terima kasih gan, akan saya perhatikan.

bude-gurukusayang mengatakan...

Terima kasih ya atas bagi2 iLmunya....semoga barokah

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda di sini :)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | blogger mura
Ping Blog Ping your blog HyperSmash