www.Hypersmash.com

Kamis, 10 Desember 2009

KEGELISAHAAN DAN PENYEBABNYA

A. Kegelisahan dan Gejalanya
Berbicara tentang manusia, berarti berbicara pula tentang media tempat manusia hidup. Media tempat manusia hidup adalah dunia. Untuk bisa memahami hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia di dunia.
Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia.
Kesadaran manusia akan hakikatnya sebagai bagian dari kosmologi dan perannya sebagai mahluk yang ‘mendiami dunia’ maka lahirlah beberapa konsep yang dipakainya sebagai dasar manusia hidup.
Konsep-konsep tersebut adalah hidup sekedarnya, takdir, dan cakra manggilingan. Apabila manusia tidak bisa menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan. Sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik. Keserakahan dan konflik akan memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Selain kegelisahan, penderitaan juga disebabkan karena kekecewaan, yaitu apa yang diharapkan ternyata tidak diperoleh. Jadi penderitaan juga berhubungan dengan pamrih. Penderitaan juga berhubungan dengan ketakutan. Orang yang selalu merasa takut akan hidup menderita. Penderitaan yang menimpa hidup manusia banyak berhubungan dengan ‘daya hidup’ yang menjelma menjadi hawa nafsu.
Terdapat berbagai daya hidup yaitu daya hidup raewani, nabati, haewani, jasmani, rohani, rohmani, dan robbani. Daya hidup ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan hidup manusia yaitu tingkat An Nafs al Ammarah, al Lawwamah, al Mulhima, al Qana’ah, al Mut’mainnah, al Radiyah, dan al Kamilah. Untuk bisa menuju kesempurnaan hidup di mana hidup sudah tidak mengenal lagi kegelisahan dan penderitaan maka orang harus melakukan olah batin. Olah batin tersebut adalah dalam rangka menghilangkan nafsu dan pamrih. Terdapat olah batin yang harus diikuti supaya kesempurnaan jiwa dapat dicapai, yaitu mengembangkan sikap selalu instrospeksi, sabar, nrimo, dan ikhlas.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingakah laku atau gerak ??? gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi, kegelisahan merupakan sesuatu yang unik, sebagai manifestasi dari perasaan tidak tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Mengapa manusia gelisah? Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal ??? hal yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran ( yang telah dilakukan ), takut terhadap hasil kerja ( tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik ( harta dan jabatan )



,atau taku menghadapi keadaan masa depan ( yang tidak disukai ). Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal), misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal), misalnya kegelisahan karena diancam seseorang. Kegelisahan menunjuk pada seseuatu negatif, tetapi di sisi lain tetap mempunyai harapan. Sehingga antara kegelisahan dan harapan seolah ??? olah merupakan saudara kembar. Muncul ketenangan apabila ada keseimbangan antara kegelisahan dan harapan. Untuk keluar dari kegelisahan, manusia harus mengetahui alasan dasar atau sebab dari kegelisahannya. Bila ia menyelidiki masalah tersebut, akan jelas bahwa pada saat ia mulai membangkitkan kekotoran dalam batin atau pikiran, ia pasti menjadi gelisah. Pikiran yang tidak murni dan kotor tidak dapat hadir bersamaan dengan kedamaian dan keharmonisan. Pergaulan bebas di kampus dapat menyebabkan kegelisahan diri yang bisa teramat dalam. Rasa penyesalan atas apa yang telah dilakukan dan takut tidak akan dihargai oleh orang lain lagi akibat pergaulan bebas membuat kegelisahan di diri. Oleh karena itu, sebelum terjadi penyesalan dan kegelisahan, sebaiknya sebagai mahasiswa yang yant tujuan utamanya adalah menuntut ilmu, sebaiknya kita tidak usah mengikuti pegaulan bebas yang tidak tau arahnya kemana.
Menurut Sigmun Freud, ada tiga macam kegelisahan:
a. Kegelisahan objektif. Kegelisahan ini identik dengan kenyataan. Ciri-ciri utamanya adalah ia bersumber dari luar diri manusia. Hal ini muncul dari antisipasi seseorang berdasarkan pada pengalaman perasaanya. Artinya, kegelisahan ini muncul setelah adanya pemicu atau sebab dari luar kemudian direspon oleh orang-orang banyak, karena ia bersifat objektif. Respon yang diberikan oleh orang-orang banyak itu seragam karena mereka telah pernah mengalaminya dan merasakan akibat dari sumber itu secara luas. Contohnya: Kegelisahan masyarakat setelah ada pengumuman kenaikan BBM.
b. Kegelisahan neurotik. Seperti namanya, kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf kita. Syaraf-syaraf kita bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah. Contohnya: Kegelisahan para peserta Idonesian Idol ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
c. Kegelisahan moral. Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang a muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dal;am semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Karena itu kita akan membahas akar penyebab yang terkadang muncul dari dalam diri penderita, agar kita dapat mengetahui penyebab sebenarnya dan alasan yang berpengaruh bagi keberadaan penyakit tersebut.

A. Dari Dalam
Mungkin, kita bisa menyebutkan beberapa hal berikut ini yang berhubungan dengan pembahasan tersebut:

1. Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.

Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.

Orang seperti ini tidak akan merasa puas menghadapi segala sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginannya atau orang-orang yang melakukan pekerjaan bertentangan dengan kehendaknya. Karena itu, ia akan berusaha meraih keinginannya sekalipun harus menghadapi halangan dan rintangan untuk dapat mewujudkan keinginannya tersebut. Ya, kita hanya akan mendapatinya terkena penyakit kegelisahan jiwa, yaitu was-was.

2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was, dalam keadaan tertentu, akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.

Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.

3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertenu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang sepele dan remeh. Dengan kata lain, seseorang merasa harus menyibukkan dirinya dengan selalu memikirkan perkara atau permasalahan tertentu. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, aia akan memikirkan problem, dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was. Keadaan seperti itu akan berkelanjutan sampai suatu tahapan, dimana ia tidak mampu untuk melepaskan diri dari penyakit tersebut sekalipun dengan upaya dan usaha yang dicurahkan secara sungguh-sungguh.

Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.

4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.

Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.

Adakalanya was-was muncul dalam bentuk ketakutan terhadap sesuatu yang tidak masuk akal. Misal bila sebuah mangkok terjatuh dari tangan dan pecah, maka ia akan dikuasai oleh kegelisahan lantaran takut kalau-kalau pecahan kecilnya masuk kedalam makanan. Ia selalu cemas dan takut bila anaknya makan dari amakanan tersebut dan sakit, atau jika suaminya makan dari makanan tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pertengkaran, atau ia akan meninggal lantaran itu. Kebanyakan ketakutan dan kegelisahan ini akan menyebabkan seorang terkena was-was.

5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Oleh karena itu, ia akan melakukan segala sesuatu sesuai peraturan lantaran ingin semuanya berjalan dengan aturan dan undang-undang tertentu. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.

Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.

6. Jiwa yang Lemah
Was-was akan muncul dalam keadaan tertentu dikarenakan adalanya kelemahan jiwa. Dalam pembahasan ini perlu ditekankan bahwa itu (kelemahan jiwa) akan membawa dampak yang dapat kita sebut sebagai penyebab pokok penyakit ini.

Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.

Manakala ia merasa bahwa hal itu harus dilakukan dengan sepenuh kemampuan, sementara ia menganggap kekuatannya sendiri untuk itu tidaklah berarti, ia akan menganggap bahwa tunduk kepadanya merupakan sebentuk ketaatan, bagaimanapun keadaannya. Bahkan ia akan beranggapan bahwa itu merupakan penyerahan diri. Maksud pembahasan ini adalah bahwa seluruh jenis dan macam was-was dapat kita kenali lantaran memiliki akar penyebabnya masing-masing, seperti kegelisahan dan kelemahan jiwa.

7. Baligh
Sebagian penelitian menjelaskan bahwa seseorang akan berusaha dengan sekuat tenaga, pada masa balighnya, untuk mewujudkan sebesar mungkin penyesuaian diri dengan lingkungannya. Karena itu, muncullah keinginan untuk memenuhi kecenderungannya dengan cara yang dapat dibenarkan dan diterima. Namun pribadi-pribadi yang menghadapi kegagalan dalam bidang ini atau tidak tersedia kesempatan baginya untuk memenuhi keinginannya, akan tertimpa keguncanganjiwa yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam penyakit kejiwaan atai was-was.

Dari sisi lain, kecenderungan (untuk) menyimpang yang menimpa pribadi ketika menginjak baligh, meninggalkan dampak bagi tubuh dan jiwa mereka; dan ini tidak dapat dianggap remeh. Dalam beberapa keadaan, dampak tersebut akan muncul dalam bentuk was-was.

B. KEMASYARAKATAN
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang kepada orang lain.

C. FAKTOR LAIN
Mungkin juga, sebab-sebab lain seperti kegagalan, kondisi kehidupan yang menekan, sifat hati-hati yang berlebihan, dengan berlalunya waktu, akan berubah menjadi kebiasaan yang baru mengakar. Keinginan terus-menerus untuk mewujudkan sebagian hal-hal remeh dan ringan serta kecintaan terhadap dri yang melebihi batasan wajar, semua itu akan membawanyasecara bertahap pada bertambahnya emosi dan celaan terhadap dirinya. Disamping itu, hukuman yang diberikan orang tua, pendidik, dan orang lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pribadinya

D. PENDAPAT PARA PSIKIATER
Para psikiater dan dokter kejiwaan mengemukakan beberapa pandangan yang saling bertentangan dan berbeda dalam kasus ini. Freud, misalnya, menganggap bahwa was-was merupakan salah satu jenis diantara beberapa macam kemerosotan (kemunduran) pribadi dimana penderita dapat sampai pada taraf menghentikan segala aktivitasnya. Merupakan kebiasaan bagiorang seperti ini untuk selalu mengaitkan segala masalah kemanusiaan, hingga masalah keyakinan keagamaan atau akidah, dengan masalah pengangguran, kehidupan seksual dan persiapan untuk memperoleh keturunan.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti ahli kejiwaan menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dapat kita rasakan kebenarannya dalam realitas kehidupan dan kita dapat mengatakan itu sebagai faktor penyebab yang pokok dari was-was tersebut. Seperti, perhatiaan berlebihan terhadap perkara -perkara remeh, ketertiban, keteraturan, dan kesempurnaan, Juga sifat-sifat seperti dengki, cinta harta, kikir, dan kecenderungan untuk bermusuhan. Masing-masing hal tersebut dapat membawa dampak yang sangat kentara dalam satu bentuk atau bentuk lainnya dari penyakit ini.

C. Solusi Kegelisahan
Kegelisahan itu penyebabnya ada dua macam: penyebab yang material dan penyebab yang non-material. Penyebab material artinya penyebab itu dapat dideteksi oleh panca indra, paling tidak penyebab2 itu dapat diteliti secara ilmiah. Adapun penyebab non-material tidak dapat dideteksi oleh panca indra manusia, tapi dapat dirasakan dan dilihat oleh mata hati orang2 tertentu.
Dalam agama Islam disebutkan bahwa penyebab kegelisahan hati adalah dosa2 tetentu yang kita lakukan. Adapun cara menghilangkan kegelisahan hati adalah shalat Istighfar, bahkan shalat ini dapat menghadir solusi yg tak terduga dalam persoalan yang kita hadapi.


0 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda di sini :)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | blogger mura
Ping Blog Ping your blog HyperSmash