www.Hypersmash.com

Kamis, 23 September 2010

Upaya Peningkatan Kompetensi Siswa Melalui Pembelajaran Inovatif


Upaya Peningkatan Kompetensi Siswa
Melalui Pembelajaran Inovatif
Indra Saputra *)

I.  Latar Belakang
Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi  otomatis penuangan  ke dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari guru semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal hanya akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas serta mengembangankan kreatifitas yang dimiliki siswa secara optimal.
Bagaimanakah caranya membuat proses pembelajaran yang  aktif dan kreatif? Proses pembelajaran akan menjadi aktif jika siswa terlibat langsung dalam penyelesaian semua masalah yang diberikan oleh gurunya. Dalam prosesnya siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduknya, bergerak leluasa dan berfikir keras, mengkaji gagasan, memecahkan masalah , dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang kompetensi yang sedang dibahas serta membahasnya dengan orang lain. Dan bahkan tidak cukup saja, melainkan siswa perlu mengerjakannya yakni menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktikkan keterampilannya, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah  atau harus mereka dapatkan.
Kita tahu bahwa siswa bisa belajar dengan sangat baik jika mempraktikkannya, namun bagaimana caranya kita bisa menggalakkan belajar aktif dan kreatif? Semua permasalahan ini dapat dijawab dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif.
Bentuk Pembelajaran inovatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, diantaranya dengan menggunakan Pendekatan kontekstual atau sering disebut dengan istilah Contextual Teaching and Learning  (CTL), dan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Bagaimanakah aplikasi ke dua pendekatan tersebut dalam pembelajaran, secara rinci akan diuraikan dalam makalah ini.

II. Pembelajaran inovatif
A.  Hakikat pembelajaran inovatif
Pembelajaran inovatif adalah proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menerapkan beberapa metode dan teknik dalam setiap pertemuan. Artinya dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa metode sekaligus. Namun dalam penerapannya harus memperhatikan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapainya, sehingga sangat dimungkinkan setiap kali tatap muka guru menerapkan metode pembelajaran yang berbeda.
Untuk bisa melakukan pembelajaran yang inovatif guru dituntut mempunyai wawasan yang luas dalam hal metode pembelajaran. Jika hal ini tidak dimiliki oleh seorang guru maka pembelajaran tidak menutup kemungkinan mengarah ke pembelajaran ”tradisional” (ceramah, tanya jawab, diskusi).
Bentuk pembelajaran inovatif diantaranya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan kontekstual, dan PAIKEM.. Kedua pendekatan ini dalam implementasinya pada prinsipnya sama yaitu semuanya menuntut adanya kreatifitas guru yang tinggi serta dalam pelaksanaannya menuntut keaktifan dan kreatifitas siswa.
1. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

a.  Tujuh Komponen CTL
  1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:  (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
  1. Inquiry (menemukan sendiri)
Inquiry  merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu  proses pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
  1. Questioning (bertanya)
Questioning  merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong, membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Oleh sebab itu pertanyaan dari guru harus diarahkan untuk : (1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2) Memantau tingkat pemahaman siswa, (3) Membangkitkan respon siswa, (4) mengetahui sejauh mana keinginan siswa, (4) memfokuskan konsestrasi siswa pada kompetensi yang ingin dicapai dan (5) untuk menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.  
  1. Learning community (masyarakat belajar)
Learning community  merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering  antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Dalam praktiknya Learning community  dapat dilakukan dengan bermacam cara diantaranya adalah: pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas, bekerja dengan kelas lain yang sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya dan bahkan bisa dilakukan dengan masyarakat.
Fungsi guru dalam Learning community  adalah mengarahkan siswa dan selalu memonitor terhadap semua kegiatan yang dilakukan siswa. Oleh sebab itu dalam kegiatan ini team teaching sangat diperlukan.
5.       Modeling (pemodelan)
Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas.
6.       Reflection ( refleksi)
Reflection  adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.
7.       Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Karena assessment  menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan oleh siswa baik dalam proses pembelajaran maupun sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b.      Karakteristik Pembelajaran  CTL
1.        Kerjasama
2.        Saling menunjang
3.        Menyenangkan, tidak membosankan
4.        Belajar dengan bergairah
5.        Pembelajaran terintegrasi
6.        Menggunakan berbagai sumber
7.        Siswa aktif
8.        Sharing dengan teman
9.        Siswa kritis guru kreatif
10.    Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
11.    Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
c. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah penerapannya. Secara garis besar, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan CTL sebagai berikut ini.
1.       Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2.       Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3.       kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4.       Ciptakan masyarakat belajar
5.       Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6.       Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7.        Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
d. Prinsip yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan pendekatan CTL adalah sebagai berikut:
1.       Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa
2.       Membentuk group belajar yang saling tergantung. Siswa saling belajar sesamanya dalam kelompok kecil, maupun dalam kelompok yang besar
3.       Menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri yang memiliki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berfikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan
4.       Mempertimbangkan keragaman siswa (status sosial, suku bangsa, bahasa ibu dan sebagainya)
5.       Memperhatikan multi intelegensi siswa
6.       Menggunakan teknik-teknik bertanya  yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi
7.       Menerapkan penilaian yang berbasis kelas dan berkelanjutan
Dengan tujuh komponen CTL tersebut proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
            Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
            Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
a.       Proses belajar
·         Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
·         Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
·         Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
·         Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·         Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·         Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide
·         Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
b.       Transfer Belajar
·         Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
·         Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·         Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c.       Siswa sebagai Pembelajar
·         Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
·         Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
·         Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·         Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d.       Pentingnya  lingkungan Belajar
·         Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·         Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
·         Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar
·         Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
5.       PAIKEM
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Evektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan multi metode, multi media dan melibatkan multi aspek (logika, praktika, estetika, dan etika). Oleh sebab itu dalam proses pembelajarannya dapat memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga proses pembelajarannya tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat juga di luar kelas (Depdiknas: 2006).
Dalam praktiknya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAIKEM mengacu kepada prinsip “joyful learning, mastery learning, quantum learning, empowering dan  continuous improvement”. Untuk mencapai prinsip tersebut guru harus mendesain proses pembelajarannya mengacu kepada kebutuhan pelanggan. Fungsi guru dalam pembelajaran menganut sistem “Tut wuri handayani, Ing madya mangun karso, Ing ngarso sung tulodo”.
 Dengan prinsip joyful learning guru harus mampu mengemas proses pembelajaran semenarik mungkin bagi para siswanya, sehingga siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Prinsip  mastery learning,  menuntut guru sedini mungkin mengetahui sudah sejauh mana siswa telah menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan belajar. Oleh sebab itu jika dalam situasi tertentu siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah, maka guru harus segera melakukan tindak lanjut, yaitu melakukan kegiatan remidial.
quantum learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar dengan memberikan sugesti kepada para siswa (Bobbi dePorter dan Mike Hernacki:2003). Prinsipnya adalah bahwa dengan sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif maupun negatif. Sugesti positif dapat dilakukan dengan mendudukkan murid secara nyaman , memasang musik latar di dalam kelas , meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar  sambil menonjolkan informasi. Lingkungan belajar yang diperlukan dalam quantum learning adalah lingkungan yang positif, aman,mendukung, santai, penjelajahan, dan menggembirakan. Sedangkan suasana yang diperlukan yaitu suasana yang nyaman, cukup penerangan, enak dipandang, dan ada musiknya.
Dalam menerapkan prinsip empowering  guru harus mau memberikan kepercayaan pada siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai. Siswa jangan dikekang atau dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang kaku. Pemberian kepercayaan ini tidak hanya berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa, melainkan termasuk juga memberikan penilaian terhadap pekerjaannya sendiri.
Sedangkan prinsip continuous improvement adalah prinsip pendekatan PAIKEM yang menuntut guru untuk selalu memantau kemajuan siswa. Dengan PAIKEM hendaknya kompetensi siswa selalu tumbuh berkembang. Untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa tersebut  tidak ada jalan lain kecuali dengan melakukan evaluasi secara kontinu dan berkelanjutan.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut fungsi guru sesuai dengan PP 19 tahun 2005 adalah guru sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator. Sebagai fasilitator maksudnya yaitu guru dalam proses pembelajaran harus mampu memfasilitasi siswa selama dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran guru tidak boleh hanya duduk manis di belakang meja guru, apalagi sampai  ke luar kelas. Selama dalam proses pembelajaran guru harus selalu berkeliling memonitor siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dan apabila ditemui siswa yang tidak mampu menyelesaikan maka guru harus membantunya dengan jalan menjelaskan materi yang belum dikuasai siswa tersebut.
Dalam proses pembelajaran sering ditemui siswa cenderung pasif serta tidak mau ikut berpartisipasi. Bila ditemui hal yang demikian maka sebagai motivator guru harus mampu memotivasi siswa untuk selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran hingga pada akhir kegiatan siswa mampu mencapai kompetensi yang dipelajari pada hari tersebut.
Sedangkan sebagai inspirator dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggali dan mengembangkan inspirasi yang telah dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat secara optimal menunjukkan kemampuannya.

III. Kesimpulan
Kualitas mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru terhadap para siswanya. Pembelajaran yang monoton dirasakan membosankan bagi siswa. Untuk mengatasi hal tersebut proses pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan.
Pendekatan kontekstual dan PAIKEM merupakan contoh pendekatan pembelajaran inovatif. Pendekatan ini hanya dapat dilakukan jika guru mempunyai dedikasi dan kreatifitas yang tinggi, jika dua sikap ini tidak dimiliki oleh guru maka sangat mustahil proses pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Pendekatan ini juga menuntut siswa untuk selalu aktif, kreatif, dan inovatif.




DAFTAR  PUSTAKA
Depdiknas, Pendekatan kontekstual, Depdiknas, Jakarta, 2002.
DePorter Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Kaifa, Yogyakarta, 2003.
Siberman Melvin L. dkk, Active Learning, Raisu;l  Muttaqien, Bandung, 2004


0 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda di sini :)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | blogger mura
Ping Blog Ping your blog HyperSmash