I. Pendahuluan
Saat guru berdiri dalam kelas dan memulai bercerita kepada murid-murid tentang mata pelajaran, tentunya guru berharap murid antusias dengan pelajaran yang diterangkannya. Guru menatap mata siswa satu persatu dan memperkirakan kemampuan mereka dalam menangkap bahan pelajaran yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan salah satu pemberian motivasi kepada siswanya.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat.
Pada hakekatnya inti dari pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Semua pihak yang tersangkut di dalamnya, baik kepala sekolah, guru, konselor, siswa, petugas lainnya maupun orang tua siswa sangat mengharpkan terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Terjadinya proses belajar yang optimal, diharapkan siswa akan mampu meraih prestasi yang tinggi. Untuk itu, selain senantiasa menyempurnakan sistem pengajarannya, disekolah juga mengupayakan terjadinya motivasi belajar
II. Kajian Teori
a. Definisi Motivasi
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang disebut motivasi belajar, maka berikut ini dikemukakan beberapa definisi/bantuan dari beberapa ahli.
Samidjo Mardiani memberikan definisi motivasi belajar sebagai berikut: “Motivasi belajar yaitu berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud tekat, hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai tujuan.”
Menurut Afifudin, bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan / kegairahan belajar.
Sedangkan menurut Drs. Amir Dien Indra Kusuma dalam bukunya Pengantar Ilmu pendidikan, dikatakan sebagai berikut :
“Motivasi belajar ialah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.
Dengan adanya dorongan di atas, maka motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai, maka keadaan yang menyebabkan timbulnya belajar mereka, sehingga adanya tujuan-tujuan baru yang akan dicapai lagi. Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh suatu atau beberapa keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap murid.
Dalam melakukan aktivitas, seseorang didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikolois. Menurut Morgan yang ditulis kembali oleh S. Nasution, dikatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai kebutuhan.
b. Ciri-ciri Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri-ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
4. Lebih senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif).
6. Dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu)
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8. Senang mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa yang harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
c. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat menelurkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, untuk itu guru perlu mengenal siswa dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat siswa. Dalam hal ini Sardiman (1986 : 91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara yang dapat dilakukan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa di sekolah, antara lain :
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan siswa. Angka-angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, tetapi juga banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin naik kelas saja.
Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati. Oleh karena itu guru harus mencari solusi bagaimana cara memberikan angka yang terkait dengan nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan, sehingga tidak hanya nilai kognitif saja, melainkan juga keterampilan dan apektifnya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut.
3. Saingan/Kompetisi
Saingan/Kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi belajar siswa. Persaingan antar individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Memberi Ulangan/Tes
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Yang harus diingat oleh guru jangan terlalu sering memberi ulangan, hendaknya bila akan ulangan harus diberitahukan terlebih dahulu.
5. Mengetahui Hasil
Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.
6. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian merupakan bentuk motivasi yang positif.
7. Hukuman
Hukuman sebagai bentuk motivasi yang negatif, tetapi kalau diberikan secara bijak dapat menjadi alat motivasi yang baik.
8. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan pada diri anak didik sehingga hasilnya akan lebih baik pula.
9. Minat
Minat muncul karena ada kebutuhan. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat yang kuat.
10. Tujuan yang Diikuti
Rumusan yang diikuti dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, maka akan timbul gairah untuk belajar.
d. Bentuk-bentuk Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. Dengan demikian bentuk-bentuk motivasi adalah sebagai berikut :
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
a. Motif-motif bawaan, yaiktu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini tanpa dipelajari.
b. Motif-motif yang dipelajari, maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
2. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti refelks, instink, otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motif rohaniah, yaitu kemauan
3. Motivasi intrinsic dan ekstrinik
a. Motivasi intrinsic, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan orang yang terididik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar symbol dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan motivasi belajar, yaitu lingkungan budaya, keluarga, sekolah dan siswa itu sendiri. Motivasi belajar bisa menurun akibat ambisi orang tua atau sistem peringkat di sekolah. Memaksa siswa menerima beban melebihi kapasitasnya tentu saja membuat siswa berkembang secara tidak sehat. Keinginan menciptakan siswa ”hebat” justru bisa menghasilkan siswa yang bermasalah.
III. Solusi yang Ditawarkan
Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung Guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya. Kreatifitas murid dibangun melalui diskusi kelompok, seminar, diskusi panel, kunjungan lapangan, permainan peran, dan lain-lain.
Menurut Albert Einstein, "Ini adalah seni tertinggi guru untuk membangkitkan kegembiraan yang ekspresif, kreatifitas, dan pengetahuan. Sehingga sekolah akan menjadi platform yang tepat untuk memenuhi tujuan pendidikan, jika hubungan antara siswa dan guru dipelihara dengan baik. Guru adalah teman, filsuf dan panduan dari siswa. Seorang guru adalah motivator terbaik, seorang pecinta dan pengisi kekuatan. Murid-murid terinspirasi oleh kapten mereka, yaitu Guru.”
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Manusia tidak pernah luput dari berbuat salah, tapi perbuatan yang baik sekecil apapun harus dipuji. Setiap anak didik memiliki beberapa sifat-sifat baik dalam dirinya. Peran guru adalah untuk tidak mengkritik dia karena kenakalannya, tetapi untuk memuji salah satu kualitas yang baik dalam dirinya, sekaligus memberikan inspirasi. Sistem memuji salah satu kualitas pada diri anak didik akan menumbuhkan percaya diri, ia mulai merasa dirinya layak dan berharga, karena tidak semua anak didik memiliki kemampuan akademik yang sama. Mereka memiliki tujuan alam, dan kecenderungan yang dibawanya sejak lahir. Seorang Guru harus mampu mengidentifikasi hobi dan kemampuan alaminya sehingga ia dapat mengetahui siapa dirinya dan memotivasi dirinya untuk bisa maju dalam wilayah bakat dan hobinya itu.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar siswa mempunyai motivasi belajar, yaitu :
Pertama, menerima siswa apa adanya. Siswa adalah seorang manusia yang masih muda dan perlu dibimbing guna menjadi manusia dewasa. Tiap siswa mempunyai karakter dan bakat yang berbeda. Oleh karena itu, tiap siswa merupakan pribadi yang unik, yang membuatnya berbeda dengan lainnya. Guru harus menerima setiap siswa sebagaimana adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Hal ini akan membentuk rasa harga diri yang tinggi dalam diri siswa. Guru juga perlu menemukan sesuatu (bakat atau kelebihan) dalam diri siswa yang bisa membuatnya merasa penting.
Kedua, menciptakan rasa aman dan menyenangkan bagi siswa untuk mengeksplorasi serta mengekspresikan seluruh potensinya. Siswa adalah makhluk yang memiliki rasa ingin tahu. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, ia akan mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Proses belajar berjalan lancar manakala siswa dapat menguji kemampuannya dan mencoba pengalaman baru, atau bahkan membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang dapat menyinggung perasaan mereka. Rasa aman juga datang dari sikap yang disiplin dan konsisten. Dengan keteraturan, siswa akan merasa pasti mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Ketidakpastian akan menimbulkan keraguan dan ketakutan berbuat salah, yang menyebabkan hilangnya motivasi. Disiplin yang baik dan tidak kaku harus diterapkan oleh guru dan orang tua, karena tujuan disiplin adalah menolong siswa guna menjadi individu yang independen, mandiri, dan dapat menentukan peran mereka sendiri. Disiplin harus ditegakkan berdasarkan aturan yang masuk akal, kooperatif dan tidak otoriter.
Ketiga, kenali seluruh potensi yang dimiliki siswa. Sejak awal, ajari siswa untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Tujuan yang dipilih dan ditetapkan sendiri mengandung motivasi yang lebih kuat daripada tujuan yang ditetapkan oleh orang lain. Apalagi tujuan atau potensi tertentu terlalu banyak ditentukan orang lain, bisa jadi tujuan itu tidak sesuai dengan kemampuan siswa.
Keempat, berkomunikasilah dengan siswa tentang apa yang ingin mereka wujudkan dan apa saja hambatannya. Hal ini bisa dilakukan secara terbuka antara guru, orang tua dan siswa.
Sementara itu Nasution (1986: 85) mengemukakan beberapa petunjuk singkat dalam rangka upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa di sekolah, antara lain:
- Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, motif mempunyai tujuan, makin jelas tujuan, makin kuat motivasi.
- Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan.
- Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyuman yang menggembirakan suasana.
- Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran. Anak-anak ingin aktif.
- Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.
- Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Sebaiknya biarlah hasil baik dalam pekerjaan merupakan hadiah bagi anak.
- Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.
- Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.
- Hasil buruk apalagi kalau terjadi berulang-ulang akan mematahkan semangat.
- Hargailah pekerjaan murid.
- Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan kesan bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya.
IV. Kesimpulan
Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka anak dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negative dari luar diri siswa.
Berdasarkan definisi-definisi para ahli, maka motivasi belajar adalah dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang Guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
0 comments:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda di sini :)